Monday, May 27, 2013

Javanese alphabet (Carakan)

The earliest known writing in Javanese dates from the 4th Century AD, at which time Javanese was written with the Pallava alphabet. By the 10th Century the Kawi alphabet, which developed from Pallava, had a distinct Javanese form.
For a period from the 15th century onwards, Javanese was also written with a version of the Arabic alphabet, called pegon.
By the 17th Century, the Javanese alphabet had developed into its current form. During the Japanese occupation of Indonesia between 1942 and 1945, the alphabet was prohibited.
Since the Dutch introduced the Latin alphabet to Indonesia in the 19th Century, the Javanese alphabet has gradually been supplanted. Today it is used almost exclusively by scholars and for decoration. Those who can read and write it are held in high esteem.

Notable features

  • Type of writing system: syllabic alphabet - each letter has an inherent vowel /a/. Other vowels can be indicated using a variety of diacritics which appear above, below, in front of or after the main letter.
  • Direction of writing: left to right in horizontal lines
  • The Javanese alphabet consists of akṣara (letters), saṇḍangan (diacritics), wilangan(numerals), and pada (punctuation).
  • The akṣara (letters) consist of akṣara wyanyjana (consonants) and akṣara swara(vowels); the saṇḍangan (diacritics) consist of saṇḍangan swara (vowel diacritics),saṇḍangan panyigeging wanda (sound killers), and saṇḍangan wyanyjana (semivowel diacritics).
  • Each consonants has two forms: the akṣara form is used at the beginning of a syllable, while the pasangan form is used for the second consonant of a consonant cluster and mutes the vowel of the akṣara.
  • There are a number of consonants letters called akṣara murda or akṣara gêḍe (great or important letters) which are used for honorific purposes, such as to write the names of respected people. There are also a number of additional consonant letters to represent foreign sounds called akṣara rekan.
  • The order of the carakan consonants makes the following saying, "Hana caraka, data sawala, paḍa jayanya, maga baṭanga," which means, "There were (two) emissaries, they began to fight, their valor was equal, they both fell dead."

Used to write:

Javanese (baṣa Jawa), an Austronesian language spoken by about 80 million people in Indonesia and Suriname. In Indonesia Javanese is spoken in Java, particularly in central and east Java, and on the north coast of West Java, and in Madura, Bali, Lombok, and in the Sunda region of West Java. Javanese alphabet also can be used to write old Javanese.
Javanese was used as the court language in Palembang, South Sumatra until the late 18th century and has been used as a literary language for over a millenium. It currently has no official status though is recognised as a regional language in Central Java, Yogyakarta, and East Java. It is taught in some schools, and there are some radio and TV programmes in Javanese, as well as a number of magazines. The Javanese alphabet was also used to write Balinese and Sundanese, but has been replaced by the Latin alphabet.

The Javanese alphabet

Akṣara Wyanyjana (Consonants)

Akṣara Carakan and Pasangan

Javanese consonants (Akṣara Carakan and Pasangan)

Notes

  • The pasangan (final consonants) are shown in red and are used at the ends of syllables.
  • ḍa (ɖa) and ṭa (ʈa) are usually written dha and tha. ḍa and ṭa are used here to differentiate dha (ɖa) and tha (ʈa) in modern Javanese and dha (d̪ha) and tha (t̪ha) in old Javanese.

Akṣara murda consonants

Javanese Akṣara murda consonants
The pasangan (final consonants) are shown in red. ka, ta, pa, ga and ba are most commonly used. The others are rarely used.

Akṣara for writing Old Javanese

To write old Javanese some of the letters are aspirated. The arrangement of consonants is based on standard Sanskrit.
Old Javanese consonants

Akṣara Rekan (additional consonants)

Javanese Akṣara Rekan (additional consonants)

Vowels and vowel diacritics (Akṣara Swara & Saṇḍangan Swara)

Javanese vowels and vowel diacritics (Akṣara Swara)
Note: rê, rêu, lê, and lêu are also treated as consonants. So they have pasangan:
Javanese vowels and vowel diacritics (Akṣara Swara)
The long vowels (ā, êu, ī, ai, rêu, lêu, ū, and au) are no longer used in modern Javanese, but just for special purposes like writing old Javanese and transliterating foreign sounds.
Javanese numerals (Wilangan)

Numerals (Wilangan)

Javanese numerals (Wilangan)
The first line of numbers are native Javanese ones; the second line of number are adapted from Sanskrit.

Punctuation (Pada)

Javanese punctuation (Pada)

Sample text in the Javanese alphabet

Javanese sample text (Article 1 of the Universal Declaration of Human Rights)
Text provided by Aditya Bayu, with corrections by Hafidh Ihromi

Transliteration

Sabên wong kalairake kaṇṭi mardika lan darbe martabat lan hak-hak kang paḍa. Kabeh pinaringan akal lan kalbu sarta kaajab pasrawungan anggone mêmitran siji lan sijine kaṇṭi jiwa sumadulur.

Translation

All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.
(Article 1 of the Universal Declaration of Human Rights)

Another sample text in the Javanese alphabet (Lord's prayer)

Javanese sample text (Lord's Prayer)

Transliteration

Rama kahula hīkā wonten 'ī swarga. wasta sampeyan dadossa subši. sadžaman sampeyan rawuḥha. kars sampeyan dadossa 'ī bumi kados 'ī swarga. redžekki kahula kā saintendinten sukanni dinten puniki marī kahula. hambi puntan marī kahula dosa kahula, kados kahula puntan marī satungiltūgil titiyū kā salaḥ marī kahula. hambi sampun bekta kahula 'ī pertšoban. tapi tšutšullken kahula bari pada sā ṅawon, sabab sadžaman hambi kawasa sarta kamukten gusti kagū ṅannipun dumugi 'ī ṅawet. Amin

Latin alphabet for Javanese

Javanese alphabet

Javanese pronunciation

Javanese pronunciation
Note: n and ṇ are usually written n; ś and ṣ are usually written s; and ḍ and ṭ are usually written dh and th.
Information about the Javanese Latin alphabet and pronunciation compiled by Wolfram Siegel, with corrections and additions by Nurrahim Dwi Saputra

Sample text in Javanese

Sabên wong kalairake kaṇṭi mardika lan darbe martabat lan hak-hak kang paḍa. Kabeh pinaringan akal lan kalbu sarta kaajab pasrawungan anggone mêmitran siji lan sijine kaṇṭi jiwa sumadulur.

Translation


All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.
(Article 1 of the Universal Declaration of Human Rights)

Tuesday, May 7, 2013

Pentingnya Ekosistem Sungai



Ekosistem Sungai
Ada beragam jenis ekosistem yang terkait dan membentuk sebuah kesatuan utuh dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Salah satu yang dimaksud adalahekosistem sungai. Ia dikelompokkan ke dalam ekosistem air tawar dengan air yang mengalir atau Ekosistem Lotik. Sungai sendiri merupakan habitat air tawar yang bermuara atau berakhir di laut. Ekosistem sungai ini megandung nutrient yang kadarnya bergantung pada wilayah vegetasi yang dilewati sungai tersebut. Apabila titik yang dilewatinya kaya akan tumbuhan maka bisa dipastikan kadar nutriennya tinggi khususnya nutrient an-organik. Selain tumbuhan, jumlah pelapukan bebatuan di aliran sungai juga turut berperan dalam hal memperkaya air sungai.

Mengapa Ekosistem Sungai Sangat Penting? 


Habitat air tawar, termasuk ekosistem sungai di dalamnya, sangat penting bagi manusia dan lingkungan. Meskipun luas area ekosistem air tawar sangat terbatas jika dibandingkan dengan ekosistem laut, namun kehadirannya tetap penting sebab:
  1. Ekosistem air tawar termasuk sungai di dalamnya adalah sumber yang bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga juga industri. Selain itu, ia juga mudah dan murah untuk didapatkan.
  2. Komponen air tawar adalah bottle neck atau leher botol di dalam siklus hidrologi.
  3. Ekosistem air tawar termasuk sungai bersama dengan ekosistem estuaryadalah tempat atau medium paling mudah dan murah untuk membuang limbah yang bersifat tertier.
Lebih detail pada ekosistem sungai, mengapa penting? Sebab, berikut ini:
  1. Sungai mempunyai sifat unik yakni sifat termal dimana ia bisa mereduksi perubahan suhu, sehingga perubahan suhu di dalam air akan terjadi dengan lambat ketimbang di udara.
  2. Sungai memiliki sifat oada kontunum sungai, dimana terjadi perubahan yang bersifat longitudinal di dalam sistem metabolisme komunitas dalam ekosistem.
  3. Manfaat lain sungai adalah sebagai tempat ikan berkembang-biak, sebagai sarana rekreasi, sebagai sarana pengairan dan masih banyak lagi lainnya.
Pembagian Zona Dalam Ekosistem Sungai

Para ahli membagi dua zona pada ekosistem sungai yang didasarkan pada aliran airnya, yakni:
  1. Zona air deras, adalah wilayah sungai yang cenderung dangkal. Pada tempet tersebut kecepatan laju arus sangat tinggi dan menyebabkan bagian dasar sungai menjadi bersih dari berbagai endapan serta materi lainnya. Hal tersebut kemudian menjadikan dasar zona ini cenderung padat. Zona ini sendiri dihuni oleh bentos dan juga organisme ferifitik yang mampu melekat juga berpegang pada dasar yang keras atau padat dan pada ikan yang bisa berenang dengan kuat. Zona aliran deras ini berada di bagian hulu sungai tepatnya di wilayah pegunungan.
  2. Zona aliran tenang, yakni wilayah sungai dimana yang sedikit dalam dan arus tidak sekencang pada zona hulu sungai. Pada wilayah ini lumpur juga materi lainnya cenderung lepas dan mengendap pada dasar sungai. Hal ini kemudian menjadikan dasar sungai menjadi lunak dan tidak sesuai lagi untuk bentos. Zona ini lebih cocok bagi nekton juga plankton yang cenderung menggali bagian dasar sungai. Zona ini umumnya berada pada wilayah yang landai.

Penyebab Kerusakan Ekosistem





Penyebab Kerusakan Ekosistem
Interaksi yang dinamis namun harmonis antara mahluk hidup dan lingkungannya akan membentuk suatu tatanan ekosistem yang seimbang. Kondisi ini akan berujung pada keselarasan hidup semua organisme di bumi. Komponen abiotik dan juga biotik yang menjadi dua unsur penting dalam tatanan ekosistem saling terkait satu sama lainnya. Keterkaitan ini menjadikan interaksi di antara mereka tak bisa dipisahkan. Namun, keseimbangan tersebut akan bermuara pada kerusakan ekosistemdimana lingkungan bukan lagi tempat yang nyaman bagi organisme tersebut untuk tinggal dan hidup. Kerusakan ekosistem ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. Apa saja?

Faktor Alamiah 


Faktor alamiah merupakan penyebab kerusakan ekosistem yang terjadi murni karena musabab alam. Misalnya saja gempa bumi, terjadinya kebakaran hutan akibat cuaca, bajir, longsor, tsunami dan masih banyak lagi lainnya. Sederet peristiwa tersebut memicu terjadinya perubahan ekosistem misalnya saja saat Gunung Merapi di wilahyah Jawa Tengah meletus, maka kerusakan ekosistem di sekitar Merapi tak bisa dihindarkan. Mahluk hidup baik itu hewan dan tumbuhan bahkan manusia bisa mati. Hal tersebut sama saja dengan peristiwa semacam gempa dan banjir, akan berakibat pada terganggunya kestabilan ekosistem. Sebagai sebuat kesatuan, maka jika dalam sebuah ekosistem terdapat 1 organisme yang mati maka akan berpengaruh pada keadaan organisme lainnya.
Faktor Manusia


Faktor penyebab terjadinya kerusakan ekosistem lainnya disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia. Manusia sebagai salah satu organisme atau mahluk hidup dalam sebuah ekosistem tentu memerlukan kehadiran organisme lainnya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut maka manusia melakukan sejumlah kegiatan yang justru berperan dalam kerusakan lingkungan di sekitarnya. Sebut saja penebangan pohon secara berlebihan, pembakaran hutan dalam rangka pembukaan lahan untuk bertani, penangkapan ikan dengan menggunakan racun, terapi kejut juga bom, penggunaan bahan-bahan kimia yang berlebihan dalam pertanian, kebiasaan membuang sampah yang tak bisa diurai sampai ribuan tahun, aktifitas tertentu yang menghasilkan limbah kimia yang berbahaya bagi lingkungan seperti limbah rumah tangga, limbah pertanian, limbah industri dan masih banyak lagi lainnya.

Salah satu hal yang marak saat ini disoroti adalah pemburuan liar yang dilakukan oleh manusia terhadap hewan. Dahulu, perburuan atau penangkapan dilakukan hanya untuk alasan konsumsi, maka dewasa ini perburuan juga dilakukan dengan tujuan relaksasi. Misalnya saja beruang diburu karena ingin diambil bulunya, harimau dibunuh karena bulunya bisa diambil sebagai bahan garmen, demikian pula dengan gajah yang ditembaki agar gadingnya bisa diambil. Jika pemburuan liar ini semakin menjadi-jadi, maka akan terjadi kelangkaan hewan dan berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem.

Kerusakan ekosistem merupakan kabar yang sangat buruk bagi semua mahluk hidup sebab mereka seperti mata rantai yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Misalnya saja berkurangnya pohon akan membuat sejumlah hewan kehilangan rumahnya, akan membuat kualitas udara semakin buruk, akan memicu terjadinya bencana alam semacam banjir dan juga longsor. Berbeda dengan musabab alamiah, faktor manusia ini bisa dihindari dengan pola prilaku yang lebih cermat dan bersahabat dengan alam tentunya.

Cara Mengatasi Pencemaran Air : Berawal Dari Diri Sendiri



cara mengatasi pencemaran air
Img Source : Makalahsekolah.wordpress.com
Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan manusia. Menurut Kodoatie (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air. Ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan”. Indonesia merupakan Negara kepulauan, sehingga sebagian besar wilayahnya merupakan lautan. Meskipun terdiri atas perairan, kondisi ini masih belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Sebaliknya, mayoritas masyarakat Indonesia menyalahgunakan perairan dengan mencemarinya.

Sebenarnya, ekosistem air dapat melakukan ‘rehabilitasi’ secara alami apabila terjadi pencemaran air. Namun kemampuan rehabilitasi ini ada batasnya. Oleh karena itu, setidaknya harus ada upaya untuk pencegah dan penanggulangan pencemaran air. Cara mengatasi pencemaran air dapat dilakukan mulai dari pengenalan dan pengertian yang baik oleh perilaku masyarakat. Cara mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan membuang sisa-sisa makanan dan bahan organic ke dalam tong sampah dan jangan dibuang di sungai.


Selain itu, ada beragam tindakan lain selain tindakan preventif yang bisa kita lakukan. Berikut ini beberapa tindakan yang dapat kita lakukan oleh masyarakat sebagai Cara mengatasi pencemaran air , yaitu:
  • Gunakan air dengan bijaksana. Kurangi penggunaan air untuk kegiatan yang kurang berguna dan gunakan dalam jumlah yang tepat.
  • Kurangi penggunaan detergen. Sebisa mungkin pilihlah detergen yang ramah lingkungan dan dapat terurai di alam secara cepat.
  • Kurangi konsumsi obat-obatan kimia berbahaya. Obat-obatan kimia yang berbahaya seperti pestisida, dan obat nyamuk cair merupakan salah satu penyebab rusaknya ekosistem air
  • Tidak menggunakan sungai untuk mencuci mobil, truk, dan sepeda motor.
  • Tidak menggunakan sungai untuk wahana memandikan hewan ternak dan sebagai tempat kakus.
  • Jangan membuang sampah rumah tangga di sungai/danau. Kelola sampah rumah tangga dengan baik dan usahakan menanam pohon di pinggiran sungai/danau.
  • Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar. 
  • Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis yang bertujuan untuk meningkatkan konservasi air bawah tanah
  • Menanggulangi kerusakan lahan bekas pembuangan limbah B3.

Beberapa langkah di atas merupakan cara mengatasi pencemaran air secara sederhana yang dapat dimulai dari diri sendiri. Sebenarnya tidak terlalu susah untuk mengatasi pencemaran air apabila kita menyadari bahwa air merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan setiap orang wajib untuk menjaga dan melestarikan ekosistem air.

Memahami Interaksi Dalam Ekosistem



Interaksi dalam Ekosistem
Berbicara soal ekosistem,pasti tak akan pernah lepas dari pola interaksi yang dibangun oleh komponen-komponen yang ada di dalamnya. Komponen tersebut, baik itu abiotik dan biotik, saling terkait satu sama lainnya. Masing-masing komponen tak bisa berdiri secara sendiri-sendiri sehingga pada akhirnya membentuk sebuahkesatuan harmoni.Interaksi dalam ekosistemini pada akhirnya akan melibatkan beberapa pola yakni interaksi antar-individu atau antar-organisme, interaksi antar-populasi serta interaksi antar-komunitas. Interaksi yang seimbang dan selaras akan berujung pada keseimbangan ekosistem yang menghasilkan harmoni.

Interaksi Antar-organisme atau Antar-individu 

Memahami interaksi dalam ekosistem harus dimulai dari pengamatan terhadap interaksi antara individu yang satu dengan individu lainnya atau organisme yang satu dengan organisme lainnya. Interaksi ini adalah suatu hal yang mutlak sebab suatu individu tak akan pernah lepas dari individu lainnya. Interaksi antar-individu tersebut bisa dengan mudah dijumpai di dalam sebuah populasi atau suatu komunitas. Untuk memudahkan pemahaman, maka interaksi antar-individu tersebut dibagi ke dalam beberapa dua kelompok yakni:


Simbiosis


Simbiosis ini diartikan sebagai suatu pola hubungan bersama antara dua mahluk hidup yang berbeda jenis. Simbiosis ini kemudian dibagi lagi ke dalam 3 kelompok, antara lain:
  1. Simbiosis mutualisme. Hubungan ini adalah jenis hubungan dimana dua makhluk hidup yang berbeda tersebut saling diuntungkan. Contoh simbiosis mutualisme adalah hubungan di antara jamur dan ganggang, hubungan bunga dan lebah, burung jalak dan juga badak dan masih banyak lagi lainnya. Hubungan antara bunga dan lebah misalnya, keduanya mendapatkan keuntungan dimana lebah mendapatkan madu bunga sekaligus membantu bunga dalam melakukan penyerbukan.
  2. Simbiosis Paratisme. Hubungan ini melibatkan dua mahluk hidup berbeda jenis dimana tercipta hubungan yang menguntungkan dan merugikan. Mahluk hidup yang dirugikan disebut inang dan yang mendapat keuntungan disebut dengan parasit. Contoh hubungan ini adalah kutu di kepala manusia, jamur di kulit, cacing pita di lambung dan masih banyak lagi lainnya.
  3. Simbiosis Komensialisme. Hubungan yang satu ini melibatkan dua mahluk hidup yang berbeda dimana yang satu diuntungkan dan yang lainnya tidak dirugikan. Contoh hubungan ini adalah tanaman anggrek dan pohon tempat ia hidup, ikan hiu dengan ikan remora dan masih banyak lagi lainnya. Bunga anggrek bisa menempel dan “numpang hidup” di pohon mangga misalnya, namun si anggrek mampu membuat makanannya sendiri sehingga ia sama sekali tidak merugikan pohon mangga. Sementara itu pola hubungan ikan hiu dan remora juga terbilang unik sebab remora akan mendapatkan sisa makanan yang dikonsumsi oleh hiu dan hal tersebut sama sekali tidak merugikan si hiu.
Antibiosis 

Antibiosis ini merupakan pola hubungan di antara makhluk hidup dimana salah satu individu mengeluarkan suatu zat yang bisa membahayakan individu lainnya. Contohnya jamur yang mengeluarkan racun yang menghambat atau bahkan mematikan makhluk hidup lainnya.

Predatorisme 

Adalah suatu hubungan dimana makhluk hidup yang satu memangsa makhluk hidup lainnya. Contoh hubungan ini adalah kucing memangsa tikus atau burung elang yang memangsa ular dan masih banyak lagi lainnya.

Interaksi Antar-populasi 


Interaksi dalam ekosistem juga melibatkan hubungan di antara populasi. Pola interaksi ini dibagi ke dalam beberapa kelompok yakni:
  1. Aleopati, yakni hubungan antara populasi dimana populasi yang satu menghasilkan sejumlah zat yang bisa menghalangi tumbuh dan kembangnya populasi lainnya. Contoh hubunga ini adalah pohon walnut yang jarang ditumbuhi tanaman lainnya di sekitar ia tumbuh sebab ia menghasilkan zat yang bersifat racun atau toksik. Pola hubunga ini disebut juga dengan nama anabiosa.
  2. Kompetisi, adalah pola hubungan di antara populasi dimana keduanya memiliki kepentingan yang sama sehingga berujung pada hubungan kompetisi untuk mendapatkan hal yang dituju tersebut. Contoh pola hubungan ini adalah binatang domba, zebra, sapi, kuda juga rusa yang hidup di ekosistem dan saling bersaing mendapatkan rumput sebagai makanan.
Interaksi Antar-Komunitas


Secara sederhana, komunitas diartikan sebagai kumpulan populasi yang berbeda di satu tempat yang sama dan saling menjalin interaksi. Misalnya saja hubungan populasi sawah dengan populasi sungai. Di dalam sungai terdapat banyak organisme membentuk populasi, kemudian sistem pangairan dari sungai ke sawah akan mempertemukan antara komunitas sawah dengan komunitas sungai dan akan terjadi peredaran nutrient dari air sungai ke sawah.

Interaksi dalam ekosistem yang melibatkan komunitas sangat kompleks sebab tak hanya melibatkan bermcam-macam organisme tetapi juga melibatkan aliran makanan juga energi. Interaksi antara komunitas ini bisa diamati dengan jelas misalnya pada daur ulang karbon yang melibatkan dua jenis ekosistem yang berbeda misalnya antara ekosistem laut dan juga darat.

Pengertian dan Contoh Rantai Makanan


 

Rantai Makanan
Dalam ekosistem, terjadi hubungan antar-organisme dan juga lingkungannya. Hubungan yang terjadi di antara organisme atau individu tersebut cukup kompleks dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hubungan antara unsur hayati dan juga non-hayati tersebut kemudian bermuara pada suatu sistem ekologis yang kemudian kita sebut eksosistem. Dan di dalam pola interaksi hubungan tersebut ikut melibatkan terjadinya siklus biogeokimia, sejumlah aliran energi dan juga rantai makanan. Apa yang disebut dengan rantai makanan? Pengertian rantai makanan tak lain adalah serangkaian proses beralihnya energi dari sumbernya yakni tumbuhan melalui organisme yang memakan dan yang dimakan. Berikut contoh rantai makanan dan pembagiannya.

Pembagian Rantai Makanan 

Beberapa ahli ekologi membagi 4 jenis rantai pokok di dalam sistem rantai makanan, antara lain sebagai berikut:


Rantai Pemangsa 

Rantai ini merupanan dasar utama dimana tumbuhan hijau berlaku sebagai produsen. Peraluhan energinya dimulai dari organisme herbivora atau penyantap tumbuhan mengkonsumsi tanaman. Organisme herbivora ini disebut juga dengan nama konsumen tingkat I. Selanjutnya, organisme yang menyantap tumbuhan tersebut dimangsa oleh organisme lainnya yang disebut karnivora. Si karnovora tersebut kemudian dinamai Konsumen tingkat II. Selanjutnya adalah organisme yang memangsa karnivora maupun herbivora yakni omnivore dan dikenal dengan nama lain Konsumen tingkat III.

Rantai Parasit 
Siklus rantai yang satu ini diawali dari organisme yang besar sampai organisme yang hidup sebagai parasit dengan mengambil makanan dari inang-nya. Contoh rantai makanan yang satu ini adalah cacing pita, jamur, benalu dan juga bakteri.

Rantai Saprofit 

Rantai yang satu ini diawali dari matinya suatu organisme dan kemudian berujung pada daur ulang atau penguraian oleh jasad renik. Contohnya adalah jamur dan juga bakteri. Masing-masing rantai tidak berdiri sendiri melainkan saling berkesinambungan satu sama lain.

Rantai Makanan Menjadi Jaring Makanan 

Melihat pola di atas, bisa kita simpulkan bahwa rantai makanan adalah peristiwa dimana terjadi perpindahan energi atau makanan dari yang satu ke mahluk hidup lainnya dalam suatu urutan tertentu. Berikut contoh rantai makanan yang sederhana:


Dari gambar di atas kita bisa melihat terjadi sejumlah peristiwa antara lain:
  1. Rerumputan atau tumbuhan dimakan oleh organisme tikus.
  2. selanjutnya, tikus dimangsa oleh sang ular.
  3. Kemudian ular tersebut dimangsa oleh burung elang.
  4. Saat sang elang meninggal, ia akan mati dan kemudian membusuk. Pada proses tersebut ia akan diuraikan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan kemudian diserap lagi oleh tanah tempat tanaman seperti rerumputan tumbuh.
Peristiwa-peristiwa tersebut di atas adalah rantai makanan. Dalam urutan tersebut kita bisa dengan mudah mengidentifikasi yang mana konsumen tingkat I yakni tikus, konsumen tingkat ke-II yakni ular, dan konsumen tingkat ke-III yakni elang.
Jaring-jaring Makanan
Ada banyak contoh rantai makanan lainnya. Dengan demikian bisa disimpulkan bahawa terdapat ragam jenis rantai makanan. Apabila rantai makanan yang satu berkaitan dengan rantai makanan lainnya maka akan terbentuk sesuatu yang dikenal dengan istilah jaring-jaring makanan. Dalam jaring-jaring makanan, tidak ada lagi urutan yang runut seperti pada rantai makanan. Coba cermati gambar yang ada di atas, dimana konsumen tingkat pertama tidak hanya satu, demikian selanjutnya.